Rasa 'aneh' itu kembali saya rasakan..
Setelah saya bertemu redaktur saya Dex yang bilang, "kamu tetep wartawan ekonomi.. Tapi sekarang koordinasi lo ga di bawah gw lagi, tapi di bawah mereka, polkam.. Kemarin rapatnya.."
Saya pun bilang,"tapi kalo ada apa2 aku tetep lapor ke mba aja gapapa kan.."
Dia pun bilang,"gapapa lah..kan lo nyamannya sama gw.. Lagian gw juga kesel banget.. Berarti kan pasukan gw berkurang satu.."
*sigh*
Rasa 'aneh' itu menyeruak seketika.. Rasa yang memaksa saya menerima bahwa saya 'harus' berkoordinasi dengan 'mereka'.. Yup, saya tidak ingin mereka begitu di-istimewa-kan di sini..
Jika mengingat masa lalu, juli 2007 kalo tidak salah, saya sudah di rolling ke ekonomi.. Saat itu seharusnya angkatan saya 'diangkat' menjadi reporter (meski baru reporter kontrak) dan mendapat inisial dua kode..
Tapi saat itu pengangkatan saya ditunda.. Karena 'mereka' menilai kinerja saya tidak bagus.. Ya benar, 'mereka' yang sama.. 'Mereka' yang tidak peduli bahwa selama dua bulan terakhir saya berada di Metro TV sehingga tidak banyak menulis untuk Media Indonesia..
'Mereka' yang tidak objektif karena tanpa memandang muka saya pun sudah bisa mengeluarkan keputusan itu..
Akhirnya saya belajar menjadi wartawan ekonomi.. Bidang 'ngejelimet' yang ternyata saya suka.. Bidang yang membuat tulisan saya dipuji.. (Setidaknya oleh redaktur saya).. Dan bidang dimana saya mengenal banyak kalangan dari CEO perusahaan konglomerasi hingga ke pejabat negara di bidang ekonomi..
Bidang ini juga membuat saya belajar.. Bahwa kurang dari 1% masyarakat Indonesia yang berinvestasi di pasar modal.. Belajar bahwa saat harga saham naik dan banyak aliran modal masuk ke Indonesia itu tidak membuat orang Indonesia tambah makmur..
Saya juga belajar bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi tidak serta merta membuat rakyat sejahtera.. Tingkat inflasi rendah juga tidak otomatis membuat semua harga barang murah.. Lalu kata2 seperti 'pembiayaan', 'countercycical', 'contigency plan', ataupun 'debottelnecking' yang kerap dipamerkan pejabat tapi tidak mendidik rakyat..
Tapi saya bahagia di sini.. Saya punya redaktur yang pengertian.. (Walaupun saya kerap juga bilang,"asred2 gw yang menyebalkan..")
Saya punya teman2 yang baik di sini.. Teman yang seperti keluarga.. Bukan teman yang SOK..
Mungkin saya yang tidak bersyukur.. Karena tidak semua orang punya kesempatan menjadi wartawan RI 1 ataupun RI 2.. Tetapi tetap saja bagi saya rasanya 'aneh' karena 'mereka' yang dulu membuang saya.. (Maaf jika berlebihan)
*sigh*
Friday, November 13, 2009
Sunday, November 01, 2009
baiklah.. saatnya untuk menulis..
akhir2 ini saya merasa cape, jengah, dan merasa kurang berguna... apa pasal? saya baru saja di rolling ke (katanya) RI 1&sedang dalam proses membuat id card di sana.. seharusnya saya mulai efektif di sana per id jadi ataupun sk dari kantor keluar.. tapi ini tidak, status saya katanya wartawan "istana" bukan lagi wartawan "makro".. trus rasanya bete juga, krn id card saya blm jadi, dan wartawan yang nge-pos di RI 2 masih cuti post merried, jadilah saya liputan di kantor wakil presiden..
komentar awal beberapa teman wartawan adalah,"wah bener lo di taro di wapres, kan boediono orang ekonomi, jadi beritanya berita ekonomi," ujar beberapa teman saya.
tapi.. omongan itu tidaqk pernah terbukti hingga kini.. boediono tidak bisa di doorstop seperti layaknya pak jk.. boediono pun tidak pernah buka suara.. ditambah lagi saat acara2 resmi diapun terpaku sama teks.. *sigh*
para wartawan senior di wapres nampaknya sangat jengah dan marah karena situasi sangat berbanding terbalik dari masa pak jk.. saya sendiri ikut2an jengah.. bukan berarti saya marah karena bukan pak jk lagi yang jadi wapres (saya maunya pak jk jadi presiden, haha) tapi saya benar2 tidak nyaman dengan situasi tidak mengerjakan berita apa2 seharian (magabut) ataupun bikin 1-2 berita ga penting (karena pak boed tidak pernah bicara, ingat!) sebab bukannya sombong.. tapi jika anda nge-pos di depkeu&menko perekonomian, berita sehari bisa menjadi SANGAT banyak dan juga PENTING.. meskipu ada juga hari2 sepi berita...
banyak yang bilang saya tidak bersyukur karena tugas saya lebih sedikit.. "enak dong sepi.. kerjanya santai.." tapi bukannya ga bersyukur, kadang saya merasa mati gaya aja gatau mau ngapain.. kalo geser ke depkeu rasanya itu bukan pos saya lagi dan ada temen saya yang menjadi 'penguasa' di sana.. tapi kalau misalnya saya 'bandel' bepergian di jam kerja rasanya juga takut ada 'apa2' karena saya hanyalah orang baru yang seringkali terlambat dapat info...
saya cape... :(
komentar awal beberapa teman wartawan adalah,"wah bener lo di taro di wapres, kan boediono orang ekonomi, jadi beritanya berita ekonomi," ujar beberapa teman saya.
tapi.. omongan itu tidaqk pernah terbukti hingga kini.. boediono tidak bisa di doorstop seperti layaknya pak jk.. boediono pun tidak pernah buka suara.. ditambah lagi saat acara2 resmi diapun terpaku sama teks.. *sigh*
para wartawan senior di wapres nampaknya sangat jengah dan marah karena situasi sangat berbanding terbalik dari masa pak jk.. saya sendiri ikut2an jengah.. bukan berarti saya marah karena bukan pak jk lagi yang jadi wapres (saya maunya pak jk jadi presiden, haha) tapi saya benar2 tidak nyaman dengan situasi tidak mengerjakan berita apa2 seharian (magabut) ataupun bikin 1-2 berita ga penting (karena pak boed tidak pernah bicara, ingat!) sebab bukannya sombong.. tapi jika anda nge-pos di depkeu&menko perekonomian, berita sehari bisa menjadi SANGAT banyak dan juga PENTING.. meskipu ada juga hari2 sepi berita...
banyak yang bilang saya tidak bersyukur karena tugas saya lebih sedikit.. "enak dong sepi.. kerjanya santai.." tapi bukannya ga bersyukur, kadang saya merasa mati gaya aja gatau mau ngapain.. kalo geser ke depkeu rasanya itu bukan pos saya lagi dan ada temen saya yang menjadi 'penguasa' di sana.. tapi kalau misalnya saya 'bandel' bepergian di jam kerja rasanya juga takut ada 'apa2' karena saya hanyalah orang baru yang seringkali terlambat dapat info...
saya cape... :(
Subscribe to:
Posts (Atom)