From Evernote: |
Happy 3rd Anniversary muaipani.. |
Wednesday, March 13, 2013
Saturday, March 09, 2013
mencicip Indonesia di Syney..
hai.. masih lanjutan cerita tentang sydney..
setelah kami berbasah-basah di Bondi Beach, rombongan kami diarahkan langsung ke Hotel Park Royal Darling Harbour tempat kami menetap selama dua malam di Sydney.. Hotelnya bagus, tempat tidurnya besar, empuk, nyaman.. Ditambah ada ipod deck yang bikin bisa dengerin lagu sambil ngecas.. *halah*
Tapi kali ini saya belum akan cerita tentang hotel.. Kali ini saya akan cerita tentang makan siang yang mengesankan hari itu, haha.. Mengesankan jelas karena saya LAPER BANGET BOOOK.. *perlu banget di-capslock* Dari pagi kan makanannya cuma sarapan di pesawat yang udah ilang dari kapan tau kali, hahaha..
Eniwei, setelah menyempatkan diri mandi dulu, rombongan kami diajak makan siang sama staf KJRI Sydney di sebuah restoran Indonesia di sana. Saya menebak resto itu adalah Delima, resto yang didatangi suami saya muai ketika dia berkunjung ke sydney.. Tapi ternyata kami tidak ke sana.
"Delima memang yang paling enak, tetapi dia hari ini tutup, jadi kita makan di Padi. Di sana juga enak," kata Novi, staf KJRI.
Restoran padi terletak di 76 Devonshire St., Surry, Hills, Sydney.. Saya ga tau pasti sih letaknya, yang jelas berada di deretan kafe2 dan restoran juga, lalu jalannya tanjakan, dan ga jauh dari Central Train Station, Sydney.. Ini penampakannya dari luar
Begitu masuk, restoran dengan ornamen bambu, hiasan dinding topeng bali, dan kursi kayu nampak kecil (mungkin hanya muat 15-20 orang). Tapi ternyata di bagian dalam restoran ada meja tambahan bisa untuk 10 orang lagi.. Awalnua kami disediakan tempat di dalam restoran itu.. Tapi karena restoran ga terlalu ramai, kami minta pindah ke dapan.. Biar bisa liat pemandangan juga..
Lalu kami dilayani oleh seorang mahasiswi Indonesia yang kerja di situ. Pelayannya cuma dia satu-satunya, dan satu orang ibu tukang masak yang punya restoran itu. Pesanan kami cukup banyak, 3 porsi rendang, 3 porsi ayam bakar, 3 porsi ikan bumbu manado, 3 porsi gado2.. plus juga 3 porsi tahu kipas, 3 porsi martabak3, dan 3 porsi pisang goreng sebagai appetizer.. hehehe, kelaparan kayaknya..
Kami menunggu sekitar 10 menit untuk hidangan appetizer-nya dan kira2 30 menit untuk hidangan2 lainnya.. Tapi bagi saya, dengan pelayan 1 orang, dan chef 1 orang, restoran itu sangat taktis bekerja.. Apalagi selain rombongan kami juga ada beberapa rombongan lain yang terdiri dari 4 orang dan 2 orang.. Memang sih makanan rombongan lain lebih cepat tersaji karena mereka memesan menu porsi, sedangkan kami memesan menu tengah..
Tapi ternyata kesabaran berbuah manis.. Masakan Indonesia di Padi membuat saya bahagia.. Memang sih rendangnya lebih manis, khas rendang jawa, bukan rendang padang.. lalu rasa gado2nya lebih mirip salad, tapi makanan lainnya enak.. Martabaknya, tahu kipasnya, dan pisang gorengnya.. :')
saya cuma sempat memoto tahu kipas yang enak itu.. :D
Kadang saya suka sebel jika ada yang ngomong, "Masa udah jauh-jauh ke luar negeri nyarinya masakan Indonesia." Sebab bagi saya masakan Indonesia itu masakan terenak di seluruh dunia.. Yah subjektif sih penilaiannya.. Tapi beneran deh, siapa bisa ngalahin masakan dengan berbagai bumbu rempahnya, kekayaan rasanya, berbagai macam jenisnya..
Selain menikmati maksakan indonesia di Padi Restaurant, saya juga sempat mampir ke Restoran Indonesia, Shalom di dekat hotel, dan juga sempat menyicipi makanan melayu di Chinta Ria, darling harbour yang ternyata milik orang malaysia..
Intinya sih rombongan kami memilih makanan yang sesuai lidah, (Insya Allah) tidak mengandung babi, dan ENAK.. :D
Okelah sampai di sini dulu.. nanti saya sambung ceritanya tentang jalan-jalan keliling kota yang cantik ini.. :*
setelah kami berbasah-basah di Bondi Beach, rombongan kami diarahkan langsung ke Hotel Park Royal Darling Harbour tempat kami menetap selama dua malam di Sydney.. Hotelnya bagus, tempat tidurnya besar, empuk, nyaman.. Ditambah ada ipod deck yang bikin bisa dengerin lagu sambil ngecas.. *halah*
Tapi kali ini saya belum akan cerita tentang hotel.. Kali ini saya akan cerita tentang makan siang yang mengesankan hari itu, haha.. Mengesankan jelas karena saya LAPER BANGET BOOOK.. *perlu banget di-capslock* Dari pagi kan makanannya cuma sarapan di pesawat yang udah ilang dari kapan tau kali, hahaha..
Eniwei, setelah menyempatkan diri mandi dulu, rombongan kami diajak makan siang sama staf KJRI Sydney di sebuah restoran Indonesia di sana. Saya menebak resto itu adalah Delima, resto yang didatangi suami saya muai ketika dia berkunjung ke sydney.. Tapi ternyata kami tidak ke sana.
"Delima memang yang paling enak, tetapi dia hari ini tutup, jadi kita makan di Padi. Di sana juga enak," kata Novi, staf KJRI.
Restoran padi terletak di 76 Devonshire St., Surry, Hills, Sydney.. Saya ga tau pasti sih letaknya, yang jelas berada di deretan kafe2 dan restoran juga, lalu jalannya tanjakan, dan ga jauh dari Central Train Station, Sydney.. Ini penampakannya dari luar
Begitu masuk, restoran dengan ornamen bambu, hiasan dinding topeng bali, dan kursi kayu nampak kecil (mungkin hanya muat 15-20 orang). Tapi ternyata di bagian dalam restoran ada meja tambahan bisa untuk 10 orang lagi.. Awalnua kami disediakan tempat di dalam restoran itu.. Tapi karena restoran ga terlalu ramai, kami minta pindah ke dapan.. Biar bisa liat pemandangan juga..
Lalu kami dilayani oleh seorang mahasiswi Indonesia yang kerja di situ. Pelayannya cuma dia satu-satunya, dan satu orang ibu tukang masak yang punya restoran itu. Pesanan kami cukup banyak, 3 porsi rendang, 3 porsi ayam bakar, 3 porsi ikan bumbu manado, 3 porsi gado2.. plus juga 3 porsi tahu kipas, 3 porsi martabak3, dan 3 porsi pisang goreng sebagai appetizer.. hehehe, kelaparan kayaknya..
Kami menunggu sekitar 10 menit untuk hidangan appetizer-nya dan kira2 30 menit untuk hidangan2 lainnya.. Tapi bagi saya, dengan pelayan 1 orang, dan chef 1 orang, restoran itu sangat taktis bekerja.. Apalagi selain rombongan kami juga ada beberapa rombongan lain yang terdiri dari 4 orang dan 2 orang.. Memang sih makanan rombongan lain lebih cepat tersaji karena mereka memesan menu porsi, sedangkan kami memesan menu tengah..
Tapi ternyata kesabaran berbuah manis.. Masakan Indonesia di Padi membuat saya bahagia.. Memang sih rendangnya lebih manis, khas rendang jawa, bukan rendang padang.. lalu rasa gado2nya lebih mirip salad, tapi makanan lainnya enak.. Martabaknya, tahu kipasnya, dan pisang gorengnya.. :')
saya cuma sempat memoto tahu kipas yang enak itu.. :D
Kadang saya suka sebel jika ada yang ngomong, "Masa udah jauh-jauh ke luar negeri nyarinya masakan Indonesia." Sebab bagi saya masakan Indonesia itu masakan terenak di seluruh dunia.. Yah subjektif sih penilaiannya.. Tapi beneran deh, siapa bisa ngalahin masakan dengan berbagai bumbu rempahnya, kekayaan rasanya, berbagai macam jenisnya..
Selain menikmati maksakan indonesia di Padi Restaurant, saya juga sempat mampir ke Restoran Indonesia, Shalom di dekat hotel, dan juga sempat menyicipi makanan melayu di Chinta Ria, darling harbour yang ternyata milik orang malaysia..
Intinya sih rombongan kami memilih makanan yang sesuai lidah, (Insya Allah) tidak mengandung babi, dan ENAK.. :D
Okelah sampai di sini dulu.. nanti saya sambung ceritanya tentang jalan-jalan keliling kota yang cantik ini.. :*
Monday, March 04, 2013
Menikmati Bondi Beach.. :)
Haloooo..
udah masuk bulan maret aja ya.. Agak sedih juga melihat tulisan bulan februari yang cuma dua itu.. Tapi yaudah sih ya, waktu kan ga mungkin berjalan mundur dan diulang.. Jadi marilah kita menatap masa depan yang gilang-gemilang.. *hihihi.. opo sih iki?*
Kali ini saya ingin menulis lanjutan cerita tentang Australia ketika saya tiba di sana.. :)
Hari itu, Senin, 4 Februari 2013, kami mendarat di Sydney Airport sekitar pukul 07.00 pagi waktu setempat di langit yang cerah.. Sempet keki pagi itu melihat pesawat Garuda Indonesia parkir di sebelah pesawat yang kami naiki.
"Kenapa kita ga naik garuda aja ya?" tanya saya dalam hati.
Ternyata bukan hanya saya yang berpikir soal itu. Kawan wartawan dari Kompas, dan Kapuspom Kemenhub juga berpikir hal yang sama. Sebab tentu kita lebih suka menggunakan uang negara untuk kembali ke negara bukan.. *sok serius*
Tapi ternyata alasanya kami terbang dengan Qantas karena Garuda penuh sih.. Plus jadwal Qantas yang tentunya lebih banyak..
Lanjut tentang suasana sydney airport.. pagi itu di imigrasi penuh sekali, bak pasar.. ada ratusan penumpang pesawat pagi yang mendarat di jam yang hampir bersamaan nampaknya.. Tapi petugas bandara di sangat sangat sigap, sangat membantu penumpang yang butuh kursi roda, juga seorang ibu muda dengan 3 anak yang umurnya mungkin 5th, 4th, 2 th.. *krik*
Keluar dari imigrasi, kami bertemu dengan orang KJRI Sydney& orang kemenhub lainnya yang menggunakan pesawat berbeda.. Ditraktir ngopi di sebuah kafe.. Saat itu mata&mulut sepe banget ciiig.. Akhirnya saya memilih cokelat panas.. Tapi sebelumnya saya mampir dulu untuk gosok gigi&cuci muka agar ga HANG seperti sebelumnya, hahaha..
Saat di cafe, perbincangan pagi itu adalah seputar mahalnya biaya hidup di australia.. soal dilemma beli atau tidak beli no australia untuk komunikasi 5 hari ke depan.. soale musti deposit minimal AU$50 atau sekitar Rp500 ribu untuk bisa BB-an/internetan.. Yah kita kan wartawan kere yang ogah rugi (ogi), jadi eike yakin aja masih bisa jadi fakir wifi untuk ngirim berita, haha.. Di cafe itu juga dapet wifi, lumayan deh bisa ngetwit2 cantik pagi2.. *halah*
Lalu hal yang penting untuk diingat bagi anda2 semua yang ingin bepergian ke australia.. baiknya anda menukar uang anda ke satuan AU$ di Indonesia aja cuuy.. Soale kalo nuker di Aussie, berapa pun anda menukar akan ada biaya administrasi AU$20 (Rp200 ribu). Nuker duit AU$100 dipotong US$20, nuker duit AU$10 ribu pun dipotongnya US$20.. ilfil ga lo??? :))
Eniho.. Kami pun keluar bandara dan mendapati udara sejuk seperti di puncak.. Suhu udara pagi itu sekitar 19 derajat celcius..
"Ibu beruntung sekali sampai di sydney dengan cuaca sejuk seperti ini. Sebab dua pekan lalu cuacanya sampai 35 derajat," kata Mas Fajar, salah satu staf KJRI yang menjemput kami.
Yeah, nampaknya saya beruntung.. sampai di kota yang belum pernah kunjungi, dengan cuaca yang nyaman.. :)
Karena jam baru menunjukkan pukul 09.00 pagi, jadi kami ga diarahkan check in ke hotel.. kami diajak ke daerah suburb sydney.. Saya kala itu ga tau kami mau dibawa kemana.. Yang saya inget sih kalau naik mobil di australia tu musti pake sabuk pengaman.. Sabuk pengaman bukan buat sopir dan yang duduk di depan ya.. Tapi juga penumpang di kursi belakang.. semua penumpang, tanpa terkecuali..
***
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit sampailah kami di Bondi Beach.. :) Saya awalnya gatau apa sih menariknya pantai ini? *heloooo pani?*
Banyak yang bisa dilakukan di bondi beach.. mulai dari oleh raga, berenang, berjemur, ataupun jalan2 bersama hewan peliharaan.. Bahkan selama musim panas di sana ada open theater lho.. :D
ini dia penampakan bond beach yang bisa saya tangkap dan nikmati pagi itu..
Saya sungguh beruntung dan bersyukur bisa menginjakkan kaki di sana.. :)
Samjum di tulisan selanjutnya yah..
udah masuk bulan maret aja ya.. Agak sedih juga melihat tulisan bulan februari yang cuma dua itu.. Tapi yaudah sih ya, waktu kan ga mungkin berjalan mundur dan diulang.. Jadi marilah kita menatap masa depan yang gilang-gemilang.. *hihihi.. opo sih iki?*
Kali ini saya ingin menulis lanjutan cerita tentang Australia ketika saya tiba di sana.. :)
Hari itu, Senin, 4 Februari 2013, kami mendarat di Sydney Airport sekitar pukul 07.00 pagi waktu setempat di langit yang cerah.. Sempet keki pagi itu melihat pesawat Garuda Indonesia parkir di sebelah pesawat yang kami naiki.
"Kenapa kita ga naik garuda aja ya?" tanya saya dalam hati.
Ternyata bukan hanya saya yang berpikir soal itu. Kawan wartawan dari Kompas, dan Kapuspom Kemenhub juga berpikir hal yang sama. Sebab tentu kita lebih suka menggunakan uang negara untuk kembali ke negara bukan.. *sok serius*
Tapi ternyata alasanya kami terbang dengan Qantas karena Garuda penuh sih.. Plus jadwal Qantas yang tentunya lebih banyak..
Lanjut tentang suasana sydney airport.. pagi itu di imigrasi penuh sekali, bak pasar.. ada ratusan penumpang pesawat pagi yang mendarat di jam yang hampir bersamaan nampaknya.. Tapi petugas bandara di sangat sangat sigap, sangat membantu penumpang yang butuh kursi roda, juga seorang ibu muda dengan 3 anak yang umurnya mungkin 5th, 4th, 2 th.. *krik*
Keluar dari imigrasi, kami bertemu dengan orang KJRI Sydney& orang kemenhub lainnya yang menggunakan pesawat berbeda.. Ditraktir ngopi di sebuah kafe.. Saat itu mata&mulut sepe banget ciiig.. Akhirnya saya memilih cokelat panas.. Tapi sebelumnya saya mampir dulu untuk gosok gigi&cuci muka agar ga HANG seperti sebelumnya, hahaha..
Saat di cafe, perbincangan pagi itu adalah seputar mahalnya biaya hidup di australia.. soal dilemma beli atau tidak beli no australia untuk komunikasi 5 hari ke depan.. soale musti deposit minimal AU$50 atau sekitar Rp500 ribu untuk bisa BB-an/internetan.. Yah kita kan wartawan kere yang ogah rugi (ogi), jadi eike yakin aja masih bisa jadi fakir wifi untuk ngirim berita, haha.. Di cafe itu juga dapet wifi, lumayan deh bisa ngetwit2 cantik pagi2.. *halah*
Lalu hal yang penting untuk diingat bagi anda2 semua yang ingin bepergian ke australia.. baiknya anda menukar uang anda ke satuan AU$ di Indonesia aja cuuy.. Soale kalo nuker di Aussie, berapa pun anda menukar akan ada biaya administrasi AU$20 (Rp200 ribu). Nuker duit AU$100 dipotong US$20, nuker duit AU$10 ribu pun dipotongnya US$20.. ilfil ga lo??? :))
Eniho.. Kami pun keluar bandara dan mendapati udara sejuk seperti di puncak.. Suhu udara pagi itu sekitar 19 derajat celcius..
"Ibu beruntung sekali sampai di sydney dengan cuaca sejuk seperti ini. Sebab dua pekan lalu cuacanya sampai 35 derajat," kata Mas Fajar, salah satu staf KJRI yang menjemput kami.
Yeah, nampaknya saya beruntung.. sampai di kota yang belum pernah kunjungi, dengan cuaca yang nyaman.. :)
Karena jam baru menunjukkan pukul 09.00 pagi, jadi kami ga diarahkan check in ke hotel.. kami diajak ke daerah suburb sydney.. Saya kala itu ga tau kami mau dibawa kemana.. Yang saya inget sih kalau naik mobil di australia tu musti pake sabuk pengaman.. Sabuk pengaman bukan buat sopir dan yang duduk di depan ya.. Tapi juga penumpang di kursi belakang.. semua penumpang, tanpa terkecuali..
***
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit sampailah kami di Bondi Beach.. :) Saya awalnya gatau apa sih menariknya pantai ini? *heloooo pani?*
Banyak yang bisa dilakukan di bondi beach.. mulai dari oleh raga, berenang, berjemur, ataupun jalan2 bersama hewan peliharaan.. Bahkan selama musim panas di sana ada open theater lho.. :D
ini dia penampakan bond beach yang bisa saya tangkap dan nikmati pagi itu..
Saya sungguh beruntung dan bersyukur bisa menginjakkan kaki di sana.. :)
Samjum di tulisan selanjutnya yah..
Subscribe to:
Posts (Atom)