Tuesday, March 22, 2011

Kritik.

Beberapa waktu lalu saya pernah menulis note di multiply saya tentang kritik-mengkritik. Itu dipicu oleh tweets kawan saya yang membuat ulasan tentang karya sastra yg menarik dan tidak menarik.

Kala itu (kayaknya karena lagi PMS), saya 'terganggu' dengan ulasannya itu. Karena saya berpikir bahwa membuat suatu karya adalah suatu kerja keras. Jangan pernah anda berani2 membuat kiritik jika anda belum pernah menghasilkan, apalagi mempublikasikan suatu karya.

Tapi sebelum saya mengeluarkan kalimat 'sok' bijak itu, saya baru sadar bahwa saya pun suka mengkritik dan (mungkin) 'menyakiti' seseorang yang saya kritik tersebut. Alhasil, saya enggan menulis lebih lanjut soal kritik-mengkritik kala itu.

Ditambah lagi membaca tweet kawan saya ini:
@jolie_mitra: +1 "@RikaRusman: Once again reminded on how every person we meet has a problem of his/her own, and we should never ever judge anyone."

Cuma beneran deh.. Kayaknya kali ini saya harus nulis lagi soal kritik-mengkiritik itu. Soalnya kalau engga, bisa2 jadi bisul.. #eh

kritik yang ingin saya "muntahkan" kali ini adalah masalah SARA di jejaring sosial twitter..
twitter itu memang luar biasa yah.. begitu banyak orang bisa "menyampah" di sana.. banyak orang jadi "celebtwit" karena ngasih "kultwit".. twitter juga bisa jadi tempat mencari informasi, mencari berita, tempat janjian, tempat ngegombal *lirik #bantenggombal*, dst..dst..
tapi dari semua hal yang bisa kita dapatkan di twitter, saya paling JENGAH sama orang yang mengkritik pihak lain, terutama soal SARA..
contohnya adalah pagi ini saat (katanya) ada Fatwa MUI yang mengharamkan untuk hormat bendera..
belum jelas asal beritanya (karena saya coba buka link-nya ternyata sudah di block), beberapa kawan saya di jejaring sosial itu mencela2 MUI.. (tanpa bermaksud mencuatkan masalah SARA yang lebih dalam lagi) tapi yang jelas kawan saya itu non-islam..
saya bukan dalam posisi membela MUI yah soal fatwa hormat ke bendera itu haram atau halal, TAPIIII setau saya yang pernah beberapa kali liputan MUI, fatwa haram MUI itu BERASAL DARI USULAN MASYARAKAT.. (maaf saya pake caps lock).. berarti (entah masyarakat mana yang mengusulkan itu), ga perlu lah soal syariah anda perdebatkan.. TOH anda juga tidak menjalankan syariah itu bukan???
maksud saya di sini adalah, daripada menjelek2an suatu institusi yang memang tugasnya untuk "menegakkan syariah" bagi yang mau menjalankannya.. kalau ga mau menjalankannya juga bebas bos..

lalu..
masih masalah SARA di twitter yang membuat saya JENGAH.. bukan hanya soal MUI, tapi soal ahmadiyah.. yak, satu lagi isu sensitif yang membuat banyak jiwa melayang.. yang membuat banyak orang dirampas hak asasinya.. dan banyak yang menghujat kalau menteri agama kita harusnya mundur dari jabatannya..
saya adalah orang Islam, dan bagi saya ahmadiyah itu bukan islam. kenapa? karena mereka tidak menjalankan islam sesuai dengan syariatnya. mereka tidak menganggap Rasulullah Muhammad SAW adalah nabi terkahir. itu cukup bagi saya untuk berprinsip bahwa ahmadiyah bukan islam. *tolong ini tidak diperdebatkan*
di sisi lain, saya juga tidak setuju mengenai kekerasan terhadap ahmadiyah karena kekerasan itu dibenci oleh agama manapun.
TAPI.. lagi2 bagi kawan saya di twitter yang memaki2 pemerintah karena tidak mau mengakui ahmadiyah sebagai suatu agama sambil membawa2 sejarah seperti tokoh WR Supratman sebagai ahmadi, saya rasa itu tidak tepat yah.. karena sudah jelas di konstitusi kita tidak mengakui ahmadiyah sebagai salah satu agama..
saya 'agak' setuju (meski tidak setuju sepenuhnya) tentang perkataan teman saya yang lain bahwa orang-orang yang beragama protestan lebih beruntung dari ahmadiyah. karena meski dipisahkan dari agama katholik, negara mengakuinya sebagai agama..
tapi sekali lagi berbicara soal ahmadiyah itu adalah berbicara soal akidah.. jika ahmadiyah bukan islam, dan tidak diakui sebagai 'bagian'dari islam, tentu 'prinsip' itu tidak bisa dipaksakan, bukan???

okeh.. biar cuaca di hati dan juga di blog ini ga tambah panas.. saya mendingan mengutip contoh kicauan di jejaring sosial twitter yang bagi saya mungkin lebih 'melegakan' untuk dibaca, dan ga menimbulkan konflik..

@siyasmina: MUI baru ngelarang hormat bendera skarang? Bokap gue, dan sma gue udh ngelarang dari dulu bgt kali. Ya ga? @abangrh
http://myloc.me/iIVOg

@siyasmina: Lagian penting bgt sih hormat/gak sama bendera, hrs di haramin/gak. Pikir aja logis. Yg plu dhormatin itu pemimpin yg syg rakyat, #serius

@siyasmina: Yoi pasti! RT @abangrh: siyasmina: N tdk mengurangi rasa nasionalisme kita *MUI br larang hormat bendera skrng? Bokap n SMA gue udh dr dulu*

ada juga kultwit (kalau mau dibilang begitu) dari kawan saya yang juga lebih pas terdengar di hati *halah*

@tehtawarpanas: Setelah mayoritas muslim ditest dengan minoritas ahmadiyah. Sekarang mayoritas nasionalis ditest dengan minoritas syar'I. Adakah toleransi?

@tehtawarpanas: Menjalankan ideologi ahmadiyah memang tidah islami. Tapi menjalankan syariah juga tidak nasionalis. Jadi kesimpulannya gimana kira2?

@tehtawarpanas: Semoga muslim bisa merumuskannya yak. Secara banyak pahlawan nasional kita adalah ulama. "@yuli_asmawati: Islam keindonesiaan mas solusinya"

@tehtawarpanas: Semoga juga MUI bisa bijak. Syariah memang strict tapi nama MUI juga ada Indonesianya. Ketegasan syariah bisa dibungkus kelembutan toleransi

@tehtawarpanas: Nasionalis pun bukan faham yang sempit. Jadi terlalu gegabah mengukur nasionalisme hanya dengan mengangkat tangan di depan bendera..

@tehtawarpanas: Kebayang kalo alm Gus Dur masih hidup. "Gitu aja kok repot" hahaha.. RIP

yoweis lah gitu dulu.. mudah2an ga ada yang tersinggung karena postingan saya kali ini.. karena beneran ini adalah curahan hati yang kalau ditahan terus bisa jadi bisul...
cheers..

No comments: