Saturday, June 30, 2012

Kita adalah Sisa-Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan

Kita adalah Sisa-Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan
By: Payung Teduh
Song & Lyric : Is

Kita tak semestinya berpijak di antara
Ragu yang tak berbatas
Seperti berdiri di tengah kehampaan
Mencoba untuk membuat pertemuan cinta

Ketika surya tenggelam
Bersama kisah yang tak terungkapkan
Mungkin bukan waktunya
Berbagi pada nestapa
Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap

Kita pernah mencoba berjuang
Berjuang terlepas dari kehampaan ini
Meski hanyalah dua cinta
Yang tak tahu entah akan dibawa kemana

Kita adalah sisa-sisa keikhlasan
Yang tak diikhlaskan
Bertiup tak berarah
Berarah ke ketiadaan
Akankah bisa bertemu
Kelak di dalam perjumpaan abadi


*) lagu ini teruntuk hati yang sedang risau.. :(
**) foto by muai, lyric from payungteduh.blogspot.com


Sent from my iPad

Wednesday, June 27, 2012

It's media

Hari ini saya mendapat kabar di grup whatsapp yang saya ikuti kalau kawan saya masuk di rubrik Travel koran republika.. Saya kurang tau itu republika edisi kapan (mungkin weekend kemarin ya) karena hari ini ga ada rubrik travel..

Trus (meski saya belum baca full article-nya), di koran itu Riri ditulis sebagai 'active traveller'. Saya pun bilang, "Ngeri banget boi active traveller.." :D

Riri sendiri bilang ungkapan 'active traveller' agak lebay. Trus dia agak sebel karena dia disebut 'tenaga konsultan' padahal dia nyebutnya 'konsultan'. Trus ada fakta menarik kalau awalnya Riri travelling karena minta tolong temen booking-in tiket dulu. Tapi fakta itu dipotong.. :(
Mungkin keterbatasan space kali ya?

Jujur, saya turut senang&bangga kawan saya ini masuk koran. Karena dia sangat 'serius' melakoni travelling dari mulai ke tempat-tempat wisata populer, sampe tempat wisata eksotis yang membutuhkan banyak 'tenaga' untuk dijalani.. In short, I'm so proud of you Riri.. :)

Tapi kembali ke obrolan di group whatsapp yang mengomentari artikel travel itu. Seorang kawan lain nyeletuk, "It's media."
Saat saya tanya, "Apa maksudnya 'it's media'?
Lalu dia memberikan gambar di atas sana itu dengan tambahan "no offense."
Dan kawan yang lain lagi menjawab, "Pembunuhan karakter."

Hmm.. Ceting di group pun 'kemudian hening'.. Is it media means for you guys?? Blah..

***

Ps: if you want to know my friend riri, you can visit her travelling blog.. She's one of the lovely people on the right.. :)

Sunday, June 24, 2012

Masa harus selalu kalah sama Malaysia?

Lanjutan cerita liburan muaipani di KL Malaysia belum juga saya lanjutin. Alasannya
simple aja, setelah kasus klaim tari tor-tor oleh mandailing malaysia, rasanya saya
ikut keki&sebel sama negeri tetangga itu. Yah, terlepas dari siapa yang salah, siapa yang ga tau diri, dan siapa yang bodoh yah.. tapi kasus itu justru membuat saya ngerasa Indonesia memang kalah..

Pasalnya, bagi saya Malaysia itu negeri yang (secara garis besar) ga lebih bagus dari Indonesia. Makanannya juga ga lebih enak dari Indonesia.. Keragamannya juga kalah dari Indonesia.. Apalagi keramahan orang-orangnya, kalah jauh lah sama orang Indonesia..

Tapi kok rasanya negeri itu lebih 'dirawat' sama pemerintahnya.. Dan sedihnya itu lah yang membuat negeri kita kalah.. :(

Eniho.. daripada bermelow-melow, yuk kita mulai lanjutan ceritanya..
Hari itu Minggu (13/5), setelah perjalanan kurang lebih 5 jam, dengan sekali istirahat di tempat peristirahatan, kami tiba di terminal bersepadu selatan di pinggiran kota kuala lumpur jam 15.00..

Sebelum saya cerita soal terminal yang kece itu, ada fakta menarik dari jalan tol di Malaysia.. ternyata di sana motor bisa masuk jalan tol loh.. giling ya?? kalau di jakarta motor bisa masuk tol penuh kali ya tu tol, haha..

Eniwei, baru datang di terminal bersepadu selatan (TBS) yang dulunya bernama Tasik Bandar Selatan (TBS) saja saya sudah kagum.. Betapa bersih dan teraturnya terminal bus ini. Ga cukup sampai di situ, terminal bus ini juga dilengkapi wifi yang cukup kenceng. Bisa lah digunakan untuk ngontak mas Ollie temennya muai, dan untuk ngetweet.. *jiaaah tetep*





Di terminal bersepadu selatan, hal yang pertama kami lakukan adalah mencari ATM
untuk tarik tunai ringgit. Ini salah satu trik biar ga takut rawan bawa duit
banyak2 kala bepergian ke luar neger. Cukup tarik tunai aja di atm. Cari jaringan
yang cocok di kartu ATM kamu macam alto, cirrus, plus, visa, dll. Akan ada biaya
administrasi yang klo saya ga salah antara Rp45 ribu-Rp50 ribu sekali narik. Jadi
pikirkan saja jumlah yang kira-kira cukup untuk membiayai kita selama di negara itu. :)

Selesai ngambil duit di ATM kami menuju informasi untuk nanya gimana caranya ke
stasiun LRT. Ternyata stasiunnya ada di sebelah kiri terminal. Di stasiun itu ada
kereta keluar kota (keliatannya yg masih pake rel ganda kaya di Indonesia), trus LRT yang ke arah kota, dan kereta ke bandara KLIA.



Dari situ aja saya udah iri sama negara itu. Gimana jaringan kereta apinya yang ga
semuanya harus modern dan high tech kaya di singapura, tapi susah sangat memadai.

Di stasiun kami harus membeli tiket di mesin tiket, dan kami pun bingung. Orang
malaysia itu menurut saya ga ramah, beda sama orang Indonesia. ga ada yang mau
membantu kecuali kita inisiatif bertanya.
Mana saya tau kan kalau beli karcis ga bisa pake uang 50 ringgit? jadi harus tuker dulu di counter setelah si mbaknya ditanya gimana cari kami beli tiket klo uangnya ga diterima di mesin. :(

Akhirnya kami bisa beli tiket di mesin menuju stasiun PWTC tempat kami harus turun.
Setelah membeli tiket, keluarlah token berwarna biru (bukan kartu kaya di singapur).
Token itu harus di tempelkan ketika masuk stasiun, dan dimusikin seperti ke celengan
ketika keluar di stasiun tujuan.. :)

Sampai di PWTC hujan deras saja sodara2.. Kami pun berteduh dan masuk ke restoran
arab/pakistan hyrderabad. Mereka jualan kari, roti prata, dll. Kami pun makan&minum
dulu sambil ngehubungin Mas Ollie. Ternyata si mas Ollie nyamperin kami di situ,
karena dia agak khawatir kok kami lama banget ga nyampe-nyampe padahal katanya dah sampe terminal bersepadu selatan dari jam15.00 (dan pas di situ udah jam17.30 aja soalnya.. ngook)
Yah maklum lah, namanya juga turis keder ya.. harus liat kiri kanan dulu sebelum
bertindak, haha..

Sampai di kondominium mas Ollie tempat kami menginap selama di KL, kami seperti
merasa di rumah. Yah mungkin karena memang di situ rumahnya Mas Ollie, istri-nya, dan
dua anaknya Afia dan Alman. Jadi memang terasa sangat rumah.. :)

Ini pemandangan dari jendela kamar kami..











Malam itu kami jalan-jalan ke KLCC, mal yang ada menara petronas-nya. Kami kesana naik LRT hingga stasiun Masjid JAmek, lalu nyambung ke KL MRT dari ke arah KLCC.. Lagi-lagi saya iri sama negara itu. Kota KL yang macet dan sumpek ternyata memiliki
transportasi publik yang bisa diandalkan. KL sudah punya LRT, MRT, dan Monorail..
Lalu Jakarta kapan?

















Oiya karena terlalu malam, kami cuma sempet melihat petronas dari belakang suria KLCC, dan tidak di depannya.. Sempet sebel sih, tapi berhubung malam itu kami pergi bareng-bareng satu keluarga lain yang temen jauhnya mas Ollie, jadi ga bisa berlama-lama juga..









Yah mal KLCC itu bagi saya cukup bagus, mirip2 pim tapi lebih kecil.. cuma masih kalah lah sama GI, mal favorit saya.. *halah*

Tapi tetap saja dari segi transportasi publik Jakarta KALAH JAUH dari Kuala Lumpur.. Dan itu bagi saya cukup membuat sedih.. Sedih karena kalah.. :(


Monday, June 18, 2012

Kembali ke Dapur untuk Cumi Saos Padang :D

Udah lama juga ya saya ga buat tulisan masak-masakan di blog ini.. Mumpung tulisan liburannya belum sempet dilanjutin, mari kita intermezo dengan resep super ciamik, Cumi Saos Padang.. :D

Hari ini, Senin (18/6) pukul 11.00, tumbenan banget mamah nanya ama saya, "Dek, waktu itu cumi saos padang bumbunya apa aja?"
saya yang baru tidur jam 5 pagi abis nonton pertandingan portugal vs belanda males-malesan jawabnya, "Entar dulu ya, mah.."

Tapi setelah Muai (tiba-tiba) disibukkan dengan pekerjaan dan langsung buka laptop di sebelah saya, nyawa saya pun ngumpul dan langsung browsing resep-resep cumi saos padang di berbagai blog masakan.

Ada beberapa versi resep cumi saos padang sih, tapi akhirnya saya memutuskan bahwa bumbunya cumi saos padang itu mirip-mirip bumbu balado, cuma dia ditambah saos sambal, saos tomat, saos tiram, dan maizena.

Tapi untuk resep cumi saos padang saya hari ini adalah..

Bahan-bahan:
1. Cumi 1/4 kilo, cuci bersih, buang tintanya, potong seperti cincin.
2. Cabai merah besar 5, direbus. (kalau saya tadi di rumah cuma ada 2 cabe merah besar, sisanya cabai hijau besar)
3. Bawang merah 5 siung (kupas kulitnya, potong kecil-kecil)
4. Bawang putih 3 siung (kupas kulitnya, potong kecil-kecil)
5. Daun salam dan sereh
6. saos sambal 2 sendok makan, saos tomat 2 sendok makan (saya ga pake karena lupa), dan saos tiram (saya ga pake karena di rumah abis)
7. maizena 2 sendok makan, larutkan air.

Cara membuat:
1. Blender bumbu cabai merah&cabai hijau yang sudah direbus, bawang merah, dan bawang putih sampai halus.
2. Tumis bumbu yang sudah diblender, masukkan daun salam, sereh, garam 1/2 sendok makan, gula satu sendok makan. Tambahkan air, tambahkan saos sambal, aduk-aduk hingga ga lagi kecium bau bumbu mentah.
4. Setelah bumbunya harum, masukkan cumi. Cumi ini ternyata akan mengeluarkan air, jadi tunggu hingga mendidih, dan ketika kuahnya tinggal sedikit masukkan maizena yang sudah dicairkan, aduk-aduk hingga tanak, dan cumi saos padang siap disajikan.

Ini dia penampakannya..



Mungkin ga terlalu oye gambarnya karena motonya cuma pake BB.. Cuma rasanya beneran enak kok.. :D *memuji masakan sendiri.. Kalau ga percaya tanya aja muai dan mamah saya, hehehehe.. :))

Selamat mencoba..

Friday, June 15, 2012

2 negara, 2 kota, 1 cinta *)

*) terinspirasi judul film 3 hati, 2 dunia, 1 cinta

Tanpa bermaksud menjiplak judul satu film di atas, saya mau bercerita lanjutan perjalanan muaipani..

Dua tahun lalu saat kami merencakan  jalan-jalan ke Bangkok, Thailand, di kepala kami sudah ada rencana untuk juga mengunjungi Pattaya yang bisa ditempuh +/-4 jam dengan bus dari Bangkok. Alasannya kala itu ingin melihat suasana berbeda (pantai), dan sekaligus mengunjungi dua tempat dalam satu negara.

Hal yang kurang lebih sama juga kami lakukan saat kami meutuskan berlibur ke Saigon, Vietnam tahun lalu. Kala itu kami batal ke ibukota Vietnam di Hanoi karena tiket pesawatnya mahal, jadinya kami memutuskan beranjak ke Mui Ne, yang juga bisa ditempuh dengan bus +/-5 jam. Kota kecil Mui Ne begitu menawan dengan gurun pasirnya, dan juga pantainya yang punya garis pantai panjang&laut yang tenang. :)

Tahun ini kami juga berkunjung ke kota kedua, yaitu Kuala Lumpur (KL), Malaysia. Waktu tempuh yang dibutuhkan dengan naik bus juga kurang lebih sama, +/-5 jam. Bedanya perjalanan kali ini melewati batas dua negara, dan melewati dua imigrasi.. :)

Seperti apa ceritanya? Yuk kita mulai..
Hari itu, Minggu (13/5) pukul 07.30 pagi di M Hotel Singapore. Sayabsudah terbangun meski baru tidur pukul 03.30 dini hari. Alasannya sederhana saja,  kami harus berangkat ke KL hari itu. Menurut jadwal, busnya berangkat jam10.30, tapi kami harus tiba di Golden Mile Complex jam10.00.

Setelah mandi, kami memutuskan sarapan dulu. Sarapan di hotel bintang 4 cukup enak. Meski menunya ga sebanyak yang kami kira. Tapi setidaknya pagi itu kami bisa mengisi perut hingga penuh.

Pukul 09.30 kami keluar dari hotel, menuju stasiun MRT Tanjong Pagar dengan setengah berlari.. *duile* Tapi ini beneran karena menurut kalkulasi gothere.sg, dari M Hotel menuju Golden Mile Complex itu waktu tempuhnya +/-45 menit saja.. xD Wajar sih karena kami harus 2x ganti MRT di jalur merah, kemudian kuning. Lalu keluar stasiun Nicole Highway, nyeberangin jalan tol, plus jalan kurang lebih 200 meter.

Sampai di Golden Mile Complex ternyata bus Konsorsium yang akan kami naiki belum datang. *bagoooos, padahal dah banjir keringat* Tapi penumpang2 lainnya yang keliatannya 1 keluarga india sudah nongkrong di sana dengan kopor mereka yang besar-besar.

Sekitar 15 menit kemudian busnya datang.. Saya sempat kaget karena busnya berbentuk bus tingkat.. :D

Sekedar informasi, saya belum pernah loh naik bus tingkat. Kenangan saya tentang bus tingkat cuma sebatas kenangan waktu zaman TK/SD dulu. Saya liat bus tingkat kalau lagi di rumah Mbah Putri-Mbah Kakung di Tn Abang. Cuma sebelum sempat saya naik, bus tingkat udah ga ada :(

Jadi ini adalah perjalanan pertama saya naik bus tingkat, plus perjalanan dua negara pertama saya dengan naik bus..

"Yuk kita berangkat sayang.."

Sampai bertemu di KL yah.. :)

Wednesday, June 13, 2012

Malam Mingguan di Marina Bay Sand..

Kali ini saya udah keabisan ide (atau terlalu malas, haha) merekonstruksi ulang tentang waktu jalan-jalan yang kami habiskan di Marina Bay Sand Singapore, Sabtu (12/5) lalu, hehe.. Cuma karena nanggung kalau ceritanya ga berlanjut, marilah kita kumpulkan niat&inspirasi untuk mulai menulis..

Hari itu Sabtu (12/5) waktu sudah menunjukkan waktu 19.30 waktu Singapore.. Ternyata dengan sisa tenaga&penasaran yang teramat sangat, saya dan muai masih kuat berjalan kaki ke stasiun MRT Tanjong Pagar. Sebagai informasi, dari stasiun Tanjong Pagar menuju Marina Bay Sand, kami harus tukar MRT dua kali. Pertama ganti MRT jalur merah di Rafles Place, dan ganti lagi MRT jalur kuning di stasiun Marina May.. Foto-foto ini diambil waktu kami di stasiun Rafles Place..





Oiya, perjalanan menuju Marina Bay Sand sempet nyasar-nyasar seperti biasa.. Tapi yang jelas land mark barunya Singapore itu emang super kece. Meskipun kami ga sempat naik juga ke puncak gedung untuk menikmati pemandangan kota yang spektakuler.. *halah* Alasannya cukup sepele, kami emoh mengeluarkan uang S$20 (sekitar Rp140 ribu) per orang, hahaha.. *dasar turis OGI (ogah rugi)*

Udah gitu nyari food courtnya aja pake nyasar padahal saya sungguh amat sangat kelaparan.. Untungnya di food court, yang nyari bangkunya susah banget padahal udah jam9 malem, saya makan nasi padang yang enak banget.. :D *maklum lapar tingkat dewa*



Abis selesai makan, kami cukup menikmati suasana malam mingguan di tepi dermaga.. kami sok-sokan hunting foto meski suasananya low light, haha..









selagi mual foto-foto saya sempat gegoleran karena punggung saya sakit banget kebanyakan jalan.. *ndeso mode on* :))





selain itu kami juga ngeliatin orang pacaran di suasana remah-remang, haha..





ga lupa kami juga foto-foto di sekitaran land mark kece itu sebelum memutuskan pulang.. :)






















***

Eniho, cerita seru justru ketika kami pulang dari Marina Bay Sand udah jam11.15 malem. Seinget saya, MRT terakhir itu sekitar jam11 malem, jadilah saya, muai dan ratusan orang lainnya berlari-larian di stasiun MRT.. Lucu juga rasanya berada di tengah orang-orang yang mengejar kereta.. Apalagi kami musti ganti MRT dua kali pertama ganti jalur merah di stasiun marina bay, dan ganti hijau di rafles place..

Sampai hotel ada lagi kejadian yang err.. agak spooky2 gimana gitu.. Si muai kan sangat pelor ya, apalagi kalau doi cape banget.. Nah kalau saya orangnya ga gampang tidur gitu kalau keadaan tubuh kelelahan..

Kira-kira sekitar jam 2 pagi saya mendengar bunyi kilat dan guntur yang mengerikan di luar kamar.. Kemungkinan sih hujan badai ya di luar sana.. Tapi yang lebih spooky buat saya adalah bunyi2 "kletek..kletek.." di jendela..

Pastinya saya terlalu cupu dong untuk buka jendela dan ngecek bunyi apa itu.. OH NOOOO.. saya ampe baca ayat kursi ga berenti2, baca doa mau tidur, dan doa2 lainnya.. Tapi tu jendela tetep aja bunyi2.. DAMN..

Akhirnya jam 3 pagi saya dah ga kuat ketakutan, saya pun bangunin muai.. Yeah setidaknya meski saya baru bisa tidur jam 1/2 4 pagi setidaknya sudah pergi suara2 itu.. -_-"


***

Selanjutnya pada hari minggu (13/5) itu kami mau menuju Kuala Lumpur Malaysia. Busnya dijadwalkan berangkat jam 10.30, dan kami diharapkan sudah sampai di Golden Mile Complex jam10.00. Pertanyaannya, apa kami bisa sampai di sana tepat waktu padahal (saya) baru tidur jam 1/2 4 pagi?

Hehe.. sampai ketemu di lanjutan ceritanya.. :*

Tuesday, June 05, 2012

Liburan vs Silaturahim..

Masih lanjutan cerita liburan kami di Singapore.. Berbeda dengan biasanya saat kami selalu menjadi 'turis' di tempat 'eksotis', kali ini liburan kami diisi silaturahim dengan keluarga jauhnya muai, Kak Seri Sukarni dan suaminya Kak Hamzah Ali.. :)

Lucu juga sebenernya cerita hari ketiga kami di Singapore itu.. Sebab saya jadi percaya bahwa takdir itu beneran ada.. Hari itu juga memberikan pengalaman bagi hati, jiwa, dan mindset saya selama ini.. *aih*

Yuk kita mulai ceritanya..
Hari itu, Sabtu (12/6), kami akan. beranjak dari Hotel 81 di Bencoolen Street menuju M Hotel, hotel bintang 4 di kawasan business distric-nya Singapore..
Setelah kami sarapan sekaligus makan siang di Kopitiam di pojok jalan, kami menuju M Hotel dengan naik bus.. (Masih mengandalkan gothere.sg)



Kami berhenti di seberang MAS Building, untuk kemudian nyebrang, lalu nyari M Hotel di Anson Road. Awalnya kami sempet salah jalan, tapi kami dibantuin opa chinese yang nampaknya ngerti bahasa Indonesia dan melihat tampang kebingungan kami. Saat kami tanya dimana M Hotel dia malah komentar, "Wah itu hotel mahal, kalau yang murah lebih baik cari di daerah Balestier Rd."
Kami pun mengangguk-angguk saja&tersenyum. Mungkin tampang kami turis kere banget kali ya, sampe disaranin nyari hotel yang murah. :))

Eniwei, sampe di M Hotel sekitar jam12.00, ternyata kami ga bisa early check in. Jadilah kami naro tas di concierge untuk diambil jam14.00 ketika waktu check in tiba..

Dari M Hotel sebenernya saya pengen ke Bugis Street atau Mustafa Center untuk belanja. Tapi keliatannya si Muai ga nafsu belanja. Akhirnya rencanyanya berubah begitu aja. Kami mau ke rumah saudara jauhnya muai di daerah Tao Payoh Lor 2 karena Bapak di Solo wanti-wanti kalau kami harus silaturahim di rumah saudara..

Baiklaaah kalau begitu, saya ngalah. Toh yang mau saya beli di Singapore itu cuma celana jins Giordano.. Jadi kalau ga ke Mustafa atau Bugis juga gapapa, udah pernah.. *sensi*

Lalu kami menuju stasiun MRT Tanjong Pagar (+/-500 meter dari M Hotel)&mencari telepon umum untuk menelpon. Telepon pertama kali salah pencet nomor, kedua kali ga diangkat, ketiga kali baru diangkat. Kak Seri di sana bilang kalau mereka baru bisa dikunjungi jam15.00. Saya ga tau alasan pastinya sih, muai bilang keliatannya Kak Seri sedang ga di rumah.

Lalu karena saat itu masih sekitar jam13.00, akhirnya kami memutuskan untuk mencari tiket bus ke KL di Golden Mile Complex di Beach Road.
Kata Silka kawan saya, stasiun MRT terdekat ke Golden Mile Complex adalah stasiun lavender. Akhirnya berangkat lah kami menuju stasiun lavender, asiknya kami ga perlu pindah dari jalur hijau, jadi ga ribet..

Sesampainya di stasiun lavender, kami lagi2 keder gimana caranya ke Golden Mile Complex. Nanya ke informasi di stasiun disuruh mengarah ke gedung imigrasi. Tapi dari sana kami sempet salah nyeberang 2x, berjalan terlalu jauh sampai Java Road, akhirnya kami bertanya ke mas-mas dan berhasil sampai di Golden Mile Complex yang tampilannya mirip-mirip gedung Metro Pasar Baru/Glodok (jadul).

Di sana emang keliatan ada bus bertuliskan Singapore-Malaysia dkk, tapi tu gedung sepi banget, counter-counter pada tutup, kurang sip lah. Cuma satu counter besar di luar yang terlihat buka, Konsorsium Bas Service. Kami tanya ada ga bus ke KL, besok Minggu (13/5)? Si ibu penjaga counter bilang ada, dengan harga tiket $S28 per orang. Itu bus berangkat jam10.30, tapi kami harus tiba pukul 10.00. Oke deh.. Kami pun membeli 2 tiket dan memilih duduk di deretan paling depan. Saya milih di depan karena yang di tengah dah penuh. Trus saya paling ga suka naik bus di belakang, kurang sip pastinya.

Dari sana kami nanya di manakah stasiun MRT terdekat? Si ibu bilang ada kok stasiun Nicole Highway yang jaraknya 200 meter dari gedung itu. Lalu saya bilang sama muai, "Berarti kita harusnya ga usah jalan jauh-jauh dong ya dari Lavender???" -_-"

Yaudah kami menuju ke stasiun MRT Nicole Highway yang ternyata harus naik jembatan penyebarangan nyebrangin jalan tol.. *menurut lo judul stasiunnya apa, Pan? XD*
Sampai di stasiun itu sepiiiiii banget.. Eskalatornya sepi, koridornya sepi, pintu masuk stasiunnya pun sepi. Paling cuma ada 4-5 orang calon penumpang (termasuk kami) di sana. Kami pun baru sadar kalau itu stasiun MRT baru dengan jalur circle line. *tetooong bingung deh looo..*

Trus ternyata untuk menuju ke M Hotel (stasiun Tanjong Pagar) agak ribet.. Kalau mau transit sekali harus ke Stasiun Paya Lebar (yang kayaknya dah di pinggir kota), atau pilihannya adalah transit 2x di Jalur Merah (st Marina Bay) trus ganti lagi ke Jalur Hijau di st Rafles Place.

Si Muai nawarin untuk keluar dari stasiun MRT itu dan balik lagi ke Stasiun Lavender. Tapi saya menolak mentah-mentah.. Jauuuuuuuh banget kaleeeee baliknya.. *drama queen mode on* :))

Lalu.. Kami pun memutuskan dari situ langsung aja menuju rumah sodara, toh transitnya cuma ke jalur merah jadi kan ga ribet.. Sip deh.. Ayo berangkaaaat..

Tiba..tiba sodara-sodara.. Ternyata jalur circle line pun ada persimpangan juga.. Kereta kami ternyata tidak menuju Marina Bay, tetapi ke Dobi Ghaut.. *nah looh bingung lagi..*
Hehe, enggak sih karena dari Dobi Ghaut bisa pindah juga ke jalur merah, malah lebih deket jaraknya ke braddell (stasiun tempat kami harus turun).
Akhirnya kami turun di dobi ghaut dan lanjut ke jalur merah.. Sebelum sampe bradell, si MRT ngelewatin Orchard, lalu Muai ngajakin saya turun di Orchard dulu.. Hohoho.. Saya sih senang sekali.. Pengen liat mol2, liat Ion Orchard, dan belanja Giordano.. *okesip* :))





Kelamaan pilih ini-itu, waktu dah pukul15.30 aja boi.. Padahal kan janjiannya ma sodaranya jam15.00 ya? Nah looo.. Mana pinggang&punggung saya rasanya sakit banget karena kebanyakan jalan.. Trus dengan noraknya, kami hampir membatalkan begitu aja rencanya ketemu sodara karena saya (jujur) cape banget.. :(

Tapi akhirnya saya pikir, dosa juga ya ngebatalin janji gitu aja. Udah jauh-jauh ke Singapore, kapan lagi ketemu sodara kan?

Lalu kami kembali menuju stasiun MRT Orchard, dan turun di staiun Braddell..





Di MRT ini, si muai bawain tas dan belanjaan saya karena punggung&pinggang saya sakit banget.. Jadi saya nyeder aja deh di tiang deket pintu.. *kerentaan dini nih*

Keluar dari stasiun Braddell, sekitar 200 meter kami langsung lihat deretan flat di Toa Payoh Lor 2.. Setelah sempet bingung, akhirnya kami sampai di rumah Kak Seri&Kak Hamzah Ali..
Lucu deh, kami sama sekali belum pernah bertemu, tidak kenal wajah, masih merasa asing (karena mereka berbahasa melayu) tapi di sisi lain rasanya akrab.. Trus makin lucunya lagi, mereka sama sekali ga pantas kami panggil 'Kak' dan saya&muai memanggil merek 'Bude' dan 'Pakde'
Di sana, kami berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan mereka dengan bahasa Melayu.. Tidak semua kata dimengerti, tapi perbincangan tetap nyambung.. :D

Di sana kami disuguhi bubur kacang hijau, bakpao kacang merah, apel, dan rempeyek.. Rasa rempeyeknya beda deh ada rasa 'khas Singapore' nya.. Karena ternyata pake jinten.. Kak Seri bilang dia dulu suka buat rempeyek sendiri, tapi sekarang yang buat adiknya, dan itu dijual.. Kami bahkan dioleh-olehin rempeyek ini sama mereka.. Meski ampe jakarta udah hancur lebur, saya sengaja tetap ga makan dulu tu rempeyek biar mamah saya nyobaik rempeyek khas singapore.. :D

Oiya, sebagai informasi Kakeknya Kak Seri dan Kakeknya Muai itu bersaudara. Saya ga tahu tahun berapa tepatnya, tapi cerita yang saya dengar, ketika para kakek itu pulang naik haji, Kakeknya Kak Seri itu memilih menetap di Temasek (Singapura). Dia dan keluarganya menetap di sana dan berkewarganegaraan Singapura.
Ayah Kak Seri yang bernama Pakde Sonhadji (menurut Muai) sering bepergian ke Indonesia. Kak Seri pun mengaku pernah ke Solo dan familiar dengan bentuk wajah Muai.
Trus, kak Seri ini menikah dengan Kak Hamzah Ali yang menupakan orang Singapore keturunan Melayu. Kak Hamzah mengaku lahir tahun 1945 saat Singapura merdeka. Jadi kata dia, kalau kakak-kakaknya merasa orang melayu, dia merasa menjadi orang Singapura.

Selain itu, Kak Hamzah ini adalah pensiunan guru bahasa melayu di sekolah menengah. Dia sekarang masih mengajar bahasa melayu di sekolah dasar. Yang menarik, melihat kak hamzah yang sangat semangat untuk membuka buku silsilah keluarga, meminta kami untuk menulis di buku tamu, dan dia yang membaca peta singapore, saya&muai jadi teringat almarhum ayah saya.. *I Miss You, Bapak.. :')*

Sore itu Kak Seri&Kak Hamzah mengajak kami ke Titik tertinggi di Singapore, Mount Faber.. Ini foto kami berempat sebelum berangkat.. :)





Di Mount Faber, kami bisa meneropong pelabuhan dan melihat senja yang menawan..















Menurut Kak Seri&KAk Hamzah kami datang terlalu sore.. Kata mereka kalau kami datang tepat pukul 15.00, kami bisa lebih lama di Mount Faber&tidak terburu-buru.. Tapi ya karena kami datang terlambat akhirnya kami tiba di sana sudah sangat sore, menjelang magrib.. Mereka berdua sepertinya sangat khawatir terlambat salat magrib.. Meski begitu mereka lalu mengantar kami kembali ke M Hotel..



Bagi saya dan Muai hari itu belum selesai karena kami masih mau menuju Marina Bay Sand yang mentereng itu.. Tapi karena dah nyampe hotel, kami memutuskan beristirahat sejenak sebelum kami menuju ke Marina Bay Sand.. :)

Sampai ketemu di lanjutan ceritanya.. :D