Friday, February 17, 2012

Kali ini soal FPI..*)

*) disclaimer.. Tulisan ini tidak bermaksud mendeskriditkan pihak2 tertentu.

Kalau saya ngomong FPI, apa yang akan terbayang di kepala?
Kemungkinan besar kata 'bubarin' atau 'anarkistis' atau 'habib riziq' atau 'lebay' ataupun hal-hal negatif lainnya..

Yeah, image FPI bagi sebagian besar orang itu PASTI negatif.. Lebay bok.. Sok sweeping2, sok negakin syariah tapi rusuh.. Bahkan ketika banyak anggota FPI yang keracunan abis makan nasi bungkus, banyak orang yang nyukurin..

Pekan lalu, FPI di-sweeping oleh orang dayak.. Pesawat yang ditumpangi orang2 FPI dicegat di bandara, mereka ga boleh mendirikan FPI cabang kalimantan selatan.. Tumben sekali FPI kali ini menjadi 'sasaran sweeping'.. Kala itu satu pimpinan FPI pun tetep keukeh mau mendirikan FPI di sana.. Tapi kemudian banyak pihak yang berkomentar.. Bahwa di dayak itu damai, tak perlu 'diganggu' oleh FPI..

Aksi menolak FPI ga berhenti sampai di sana.. Di jakarta pun ada demo besar-besaran menolak FPI.. Mungkin bukan demo, tapi aksi damai menentang FPI.. Cukup banyak yang ikut aksi.. Lalu ada insiden korlap aksi dipukuli orang2 tak dikenal.. Lalu banyak caci-makian di twitter..

Ga lama setelah itu, mendagri gamawan fauzi memberikan ultimatum pada FPI. jika mereka membuat aksi anarkistis 2 kali lagi, maka ormas itu akam dibekukan.. Tidak dibubarkan, hanya di bekukan..

Tapi kemudian rangkaian kejadian2 soal FPI itu membuat saya tergelitik.. Kemudian saya ngobrol sama muai, yang sering kali punya pemikiran yang 'berbeda' dari kebanyakan orang..

Dan ternyata benar.. Muai membuat saya berpikir dan bertanya ke diri sendiri.. Apa iya 'konstruksi umum' soal FPI itu 100% bener? Apa iya FPI 100% jelek? Apa memang demikian?

Karena muai berkata, "FPI itu penyeimbang moral, sayang. Mereka masih dibutuhkan untuk Indonesia."

"Tapi kan mereka selalu rusuh. Menggerebek ini, itu. Tragedi ahmadiyah, pesantren syiah, GKI yasmin. Mereka membuat konflik agama. Mereka juga membuat nama Islam jelek," kata saya.

"Ya memang aku juga ga sepakat mereka yang terlalu 'keras' dalam kasus ahmadiyah, atau yang lainnya. Tapi coba kamu cek, yang mereka gerebek itu siapa? Bandar2 besar sayang. Bandar minuman keras, narkoba. Mereka itu ga takut sama aparat, tapi mereka takut sama FPI," kata Muai lagi.

"Tapi tetap aja mereka rusuh sayang. Lagian soal judi, mabuk-mabukan itu mungkin di Islam dilarang. Tapi di agama lain enggak. Dan di Indonesia ini bukan negara Islam kan?" kata saya mulai meninggi.

Tapi muai juga punya jawaban lagi, "Iya aku tahu, Indonesia itu bukan negara Islam. Tapi Indonesia juga BUKAN NEGARA SEKULER. Aku ga setuju juga dengan orang-orang yang mengarahkan Indonesia menjadi negara sekuler.. Misalnya pelacuran marak, beli narkoba kok gampang banget, trus penjualan miras udah sampai ke kampung2. Karena kita punya Pancasila yang di dalamnya ada 'Ketuhanan Yang Maha Esa'. Di dalam Pancasila juga ada nilai-nilai moral.. Coba deh kamu tanya ibu-ibu. Mereka mau ga kalau anak-anaknya mabuk-mabukkan karena miras gampang banget di dapat?"

"Trus aku tanya, siapa yang sebenarnya nolak FPI? Siapa yang senang kalau FPI bubar? Ya preman-preman dan juga bandar-bandar. Jangan sampai deh wacana pembubaran FPI justru membuat negeri ini lebih sekuler. Karena negara sekuler bukan negara yang ideal. Coba kamu lihat AS, negara sekuler. Di sana kriminalitas tinggi, kasus narkoba, pelacuran, kerawanan sosialnnya juga tinggi," kata Muai lagi.

"Tetap aku ga setuju dengan tindakan-tindakan FPI yang lebay karena itu mendiskreditkan Islam," kata saya.

"Ya aku juga ga setuju dengan tindakan FPI yang keras. Tapi mereka bagiku adalah penyeimbang moral. Kalau soal moral semua dikembalikan ke orang tua, ke guru2 di sekolah apa cukup? Ga cukup. Indonesia akan menjadi negara sekuler, dan aku ga setuju itu," katanya.

****
FPI baik atau buruk? Tinggal anda yang menilai.. Tinggal dimana anda menempatkan diri. Anda pro-sekulerisme monggo.. Kalau saya sih jujur ga sepakat sama sekulerisme.. Meski saya juga ga sepakat sama tindakan2 FPI..


Sent from my iPad

No comments: