Thursday, March 08, 2012

kali ini soal plagiat..

kalau denger kata "plagiat", apa yang akan melintas di kepala anda? kalau saya sih kebayangnya malu-maluin..
Sama kaya waktu saya baca berita soal tiga dosen UPI yang gagal jadi guru besar karena plagiat. Beritanya bisa dibaca di sini..


Atau waktu ngeliat foto-foto poster film Indonesia yang ternyata plek2an plagiat.. -_-




(gambar-gambar dari http://ceritaceritayoga.blogspot.com)

Atau kalo mau lihat lebih lengkap soal banyaknya poster film yang plagiat bisa dibaca di sini.. Langsung males ya ngeliatnya.. Kayaknya ga kreatif banget negeri ini..

Akan tetapi, ketika kasus plagiat menimpa salah seorang carep di kantor&itu membuat dia diberhentikan dengan tidak hormat, saya pun langsung sedih. Bukan mencemooh dan jijik tapi justru sedih. :(

Karena menurut saya dia punya potensi. Karena sejak hari pertama dia liputan dan saya mengedit beritanya, saya melihat kawan ini punya potensi. Dia juga bisa memberikan reportase cukup lengkap (5W1H). Masalah dia kala itu hanyalah tidak memulai kalimat dengan huruf kapital. -_-"

Tapi kenapa ya dia harus menjadi plagiat ketika dirolling ke desk lain? Saat dia membuat tulisan wawancara, redakturnya memergoki tulisan hasil wawancara dia sangat mirip dengan artikel di sebuah tabloid wanita. Saat saya menanyakan hal ini ke redakturnya (bukan ke kawan ini karena saat saya tahu kabar ini dia sudah diberhentikan), redakturnya bilang bahwa si kawan ini udah ngaku kalau dia plagiat. Keputusan dia diberhentikan pun si redaktur ini ga tau karena keputusannya ada di pimpinan.

Gara2 kasus ini saya jadi agak berkaca diri juga. Dulu ketika masih liputan, untuk mempermudah pekerjaan kami sering berbagi transkrip ataupun bertukar berita. Hal ini sangat membantu jika anda ditempatkan di pos liputan yang sibuk (misalnya pos istana, atau pos makro).

Tapi pada akhirnya, "dosa" tukeran transkrip atau yang lebih ekstrim tukeran berita itu bisa sedikit "terampuni" jika kita membuat tulisan kita dengan bahasa kita sendiri, dengan gaya kita sendiri. Narasumber yang dikutip boleh sama, tapi pada akhirnya, setiap berita menjadi berbeda karena dibuat oleh pribadi yang berbeda. *yup, ini pembelaan saya*

Saat saya bicara soal kasus ini sama Muai dia memang sepakat dengan sanksi keras di kantor saya itu. Alasannya karena si kawan ini masih baru. "Kalau masih carep saja sudah plagiat, bagaimana nanti ke depannya?"

Lalu saya juga bicara dengan redaktur saya di desk lama tentang kasus ini. Dia juga menyayangkan hal ini bisa terjadi. Padahal si kawan ini punya potensi. Menurutnya tidak pernah ada masalah dengan reportase di lapangan. Redaktur saya itu pun mengakui, selain membaca laporan kawan2 di lapangan, dia cuma memantau "dotcom-dotcom" sebagai perbandingan. Hasilnya, tulisan si kawan ini berbeda kok.
Redaktur saya ini pun sempat memberikan saran ke pimpinan soal kasus kawan ini. Tapi ternyata, pimpinan sudah menjatuhkan sanksi terberat, yaitu diberhentikan dengan tidak hormat. :(

Akhirnya.. Saya cuma bisa bilang, "Kawan, semoga hal ini bisa menjadi pelajaran hidup ke depan. Bukan cuma untuk kamu, tapi untuk kita semua, termasuk saya. Good Luck my friend."

No comments: